HPI dan Rumah Sunting

RiauKepri.com, PEKANBARU – Setelah Yayasan Sagang mendeklarasikan Hari Puisi Indonesia (HPI) pada bulan Juli 2012, di Anjungan Idrus Tintin, kini HPI terus diperingati, bahkan sampai ke pelosok-pelosok negeri di Indonesia. Di Riau sendiri, sejak empat tahun belakangan ini, Rumah Sunting dengan nakhodanya Kunni Masrohanti, tidak kenal penat, ada tak ada duit, terus mendengungkan HPI.
Dengan semangat menjulang puisi, Kunni Masrohanti, ‘menenteng’ dan menawarkan konsep HPI ke berbagai lembaga swasta maupun pemerintah. Tahun 2017, Pemerintah Kabupaten Siak, menyambut HPI dan tahun 2018, Pemerintah Kabupaten Kampar yang menyahut HPI ini. Tentu pekerjaan ini bukan pekerjaan mudah dan Kunni Masrohanti tidak menyerah kalah.
Tidak jauh berbeda dengan konsep HPI 2017 di Siak, tahun 2018 ini, Rumah Sunting kembali mendengungkan HPI di berbagai tempat, di Kampar dan Pekanbaru. Hari ini, Jumat (3/8/2018), dengung HPI dimulai dengan diskusi “Puisi Jalan Merawat Tradisi” di Perpustakaan Seoman HS, pukul 14.00 WIB. Hadir dalam diskusi ini, Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri, Taufik Ikram Jamil, Free Moraty (Jakarta), dan Phaosan Jahwae (Thailand) dan diskusi ini dipandu Jefri Al Malay sebagai moderator.
Pada besok harinya, Sabtu (4/8/2018), para peserta HPI akan di bawa ke Kabupaten Kampar, tempatnya di Gunung Sahilan, Kampar Kiri. Di Gunung Sahilan, para peserta HPI selain disuguhkan adat istiadat raja-raja Gunung Sahilan, juga akan membacakan puisi di tanah bersejarah itu. Perhelatan ini merupakan wisata batin, menjelajah kawasan kejayaan masa lalu Riau ini dan tentu saja sangat bermanfaat bagi peserta HPI yang notabene adalah penyair.
Pada hari Ahad (5/8/2018), kegiatan HPI dipusatkan di Anjung Seni Idrus Tintin, Bandar Serai. Di gedung seni pertunjukan termegah di Sumatera ini, beberapa penyair akan membacakan puisi mereka. Di ASIT inilah malam puncak HPI 2018 Riau. Selain baca puisi, HPI 2018 juga meluncurkan beberapa buku puisi.
Apa yang dilakukan Kunni Masrohanti dan Rumah Sunting, sepantasnya mendapat acungan jempol. Ini pekerjaan besar memosisikan Riau sebagai negeri tamannya para penulis dan sebagai daerah asal bahasa Indonesia. Sepantasnyalah ke depan Pemerintah Provinsi Riau ikut melibatkan diri membantu perhelatan ini. Perlu diingat, pemerintah hanya menjadi fasilitator, tidak memberikan stempel kegiatan ini menjadi milik mereka. Sebab selama ini, apa yang telah dilakukan oleh komunitas dan mengajukan kegiatan mereka, diklaim, diambil alih dan dikelola oleh pemerintah tanpa melibatkan para pengusung. Bahkan lebih sedih lagi, perhelatan seni yang diusulkan menjadi ladang meraup keuntungan bagi oknum-oknum tertentu.
Kunni Masrohanti dan Rumah Sunting telah membuktikan, bahwa kerja dengan hati tidak membuat orang frustasi. Selamat kepada Kunni dan selamat Hari Puisi Indonesia. (Hang Kafrawi)