Pekik Semangat Nasionalisme, Syamsuar Baca Puisi di Desa Pedekik

RiauKepri.com, BENGKALIS- Gubenur Riau terpilih, Syamsuar, punya cara membakar semangat pemuda Desa Pedekik, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, dengan membacakan sebuah puisi sebagai penutup kata sambutannya pada malam Kenduri Kenegaraan ke 3, Ahad (26/8/2018).

Puisi berjudul “Di tanah Pedekik, Tanah Bersejarah” buah karya seniman Riau yang juga politisi dari PAN, Syaukani Al Karim, Syamsuar begitu penjiwaan membacanya sehingga seribuan masyarakat yang menyaksikannya terdiam.

Untuk membacakan puisi itu agar lebih dapat makna yang hendak didoktrinkan, Syamsuar yang semula berpidato di podium, mencabut mick dari standmick, kemudian berdiri di tengah-tengah panggung berukuran sekitar 5X5 meter itu.

Baca Juga :  Ketua Kwarda Riau Lantik Mabicab Rokan Hilir 2021-2026

Usai Syamsuar membacakan puisi, dan ketika dia melangkah ke tempat duduk semula, sejumlah tokoh masyarakat dan pejabat langsung saja berdiri menyelami Syamsuar tanda bangga karena puisi yang dibacakan Bupati Siak ini sungguh berkesan.

Bagi Syamsuar, membaca puisi bukanlah yang pertama kalinya, dan malam itu adalah untuk yang ketiga kali dia membacakan puisi. Pertama di Taman Mini Indonesia (TMI) Jakarta.

“Yang kedua kali di Siak pada acara Hari Puisi Indonesia, dan malam ini adalah yang ketiga kalinya,” kata Syamsuar.

Baca Juga :  Basmi Narkoba di Riau, Gubri Bentuk Tim Terpadu

Dari sekian kali membaca puisi, ucap Syamsuar, yang pertama sekali membuat dirinya menggigil. Pasalnya, dia membacakan puisi di depan Presiden Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri. (RK1)

Berikut ini puisi yang dibacakan Syamsuar pada malam Kenduri Kenegaraan ke 3 di Desa Pedekik:

Di Pedekik, di Tanah Bersejarah

Aku teringat perang sosah
Orang-orang bersabung nyawa
Membela kemerdekaan
mengusir penjajah

Maka kepada ini tanah pusaka
Kita nyatakan seluas cinta
Tempat bertolak segala harapan
Tempat pulang dimasa depan

Kepada pekik pejuang nan sejati
Kita berhutang segala janji
Menwujudkan segala titah
Sampai mati berkalang tanah

Di Pedekik di tanah bersejarah
Kita mesti menegakan marwah.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *