Syamsuar: Jangan Mau Kito Dijajo Lagi

Dari Focus Group Discussion BRC

Gubernur Riau Syamsuar bersama Fiki, Ketua BRCN dan Dirut BRK Syariah foto bersama seusai menyaksikan penandatangan MoU.

RiauKepri.com, PEKANBARU– Riau begitu banyak potensinya, namun hal ini belum bisa dimanfaatkan secara maksimal. Karenanya perlu mengubah pola pikir dengan kreatifitas sehingga potensi-potensi tersebut dapat mengetas kemiskinan dan pengangguran.

Adapun potensi Riau tersebut, kata Gubernur Riau
Drs. H. Syamsuar M.Si, saat membuka Focus Group Discussion (FGD) yang ditaja Badan Riau Creative Network (BRCN), di Gedung Daerah Balai Serindit, Sabtu (18/1/2020), antara lain kelapa, sagu, dan ikan patin.

“Potensi Riau ini dijual daerah lain hingga keluar negeri.
Memang masyarakat dapat duit namun neraca perdagang Riau rugi. Sebab, potensi itu milik Riau namun daerah atau provinsi lain yang mengekspor keluar negeri. Jadi, mulai sekarang (potensi Riau) jangan mau dijajo (dijual) orang lain lagi,” kata Syamsuar dengan logat Melayu Riau pesisirnya.

Baca Juga :  Mantap, Ekonomi Riau Tumbuh 4,72 Persen, PDRB Terbesar di Luar Pulau Jawa

Pada FGD yang dihadiri
Staf Khusus Kementerian Koperasi dan UMKM Fiki Satari, Syamsuar menyebutkan, dalam upaya
pengembangan ekonomi kreatif di Provinsi Riau perlunya mengubah pola pikir karena Migas, Kelapa sawit, sudah tidak bisa diharapkan lagi. Sebab, SDA ini memang terbaik di dunia namun
pertumbuhan ekonomi Riau rendah.

“Karenanya kita perlu mengubah kebijakan pertumbuhan ekonomi sehingga bisa menekan inflasi. Kita harus mengubah pola pikir untuk perubahan lebih maju. Harus memberi peluang kepada UKM, hingga hasil karyanya bisa dipasarkan ke dunia internasional,” ungkap Syamsuar.

Menurut Gubernur Syamsuar, produk Riau punya nilai jual yang luar biasa dan sebenarnya menjadi perhatian dunia. Hanya saja UMKM belum fokus pada produk yang dihasilkan sehingga konsumen bingung yang mana produk UMKM yang bagus.

Baca Juga :  Beras 6 Ton CSR PLN, Disinyalir untuk Kepentingan Politik Seseorang

Karenanya, sambung Syamsuar, perlunya satu kesepakatan produk yang buat berada satu koperasi, sehingga komsumen tahu mana produk yang bagus dan ini tidak merugikan UMKM.

Kiat lainnya hingga produk UMKM Riau menjadi branding, dijelaskan Syamsuar, pada produk fasyen harus memberi sentuhan ciri khas. Sedangkan pada kuliner diminta ada halal, higienis, memenuhi standaele centered branding.

Hal lainnya yang dilakukan Pemprov Riau melakukan pengembangan usaha melalui KUR dan kemitraan.
“Ekonomi kreatif ada 16 sub sektor, dari sini kita harus fokus untuk mengembangkannya, salah satunya UMKM,” ujar Syamsuar.

Sementara itu, Staf khusus Kementerian Koperasi dan UMKM Fiki Satari, menyebutkan bahwa saat ini sudah ada Undang Undang Ekonomi Kreatif (Ekraf).

Baca Juga :  Muswil VI PAN Riau Ditunda, Apa Pasal?

Menurut Fiki, perlu akselerasi untuk peningkatan UMKM karena di Indonesia lebih
90 persen UMKMnya berada pada kelas mikro. “Untuk peningkatan UMKM menjadi sedang dan besar, salah satu dilakukan Kementerian Koperasi dan UMKM dengan membuat pelatihan,” ujar Fiki.

Pada helat tersebut, juga ada penandatangan MoU antara Bank Riau Kepri Syahriah dengan BRCN. “Dengan adanya MoU ini kirannya nanti kita bisa membantu UMKM yang ada di Riau ini,” kata Ketua BRCN Husnul Kausaurian. (Adv)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *