Wabah : Orang-orang Hilang
Puisi-puisi Hang Kafrawi
Wabah: Orang-orang Hilang
Tiba-tiba waktu menjadi menakutkan
Tarikan nafas menghirup curiga
Doa berharap umur dipanjangkan
Namun maut tak mampu direka
Seruling kematian semakin jelas
Hidup semakin sempit rasanya
Setiap detik perjalanan kandas
Sampai hitungannya hilang binasa
Seperti daun kering ditiup angin
Nyawa berguguran pada detak tak berjarak
Kepedihan paling nyilu tercemin
Giliran kita mungkin tak diarak
Sepi itu menunggu tiba
Ia akan sampai, itu pasti
Mengetuk rumah kita kapan saja
Sudahkah kita menyiapkan diri?
Ada pesan dari setiap yang hilang
Namun kita lalai mengeja tanda
Dipermain nafsu hidup yang sunsang
Tiada yang kekal semuanya fana
Orang-orang yang hilang
adalah kita yang kembali
Aku Membaca Kita
Aku membaca kita pada hari-hari rebah
Siang dan malam terasa mencekam
Udara berhembus mengabarkan kematian
Kurva curiga menanjak melantas kepala
Aku membaca kita bertikai tentang air mata
Menafsir kebenaran dalam dentuman kekalahan
Bermadah di atas keranda wabah
Mengibarkan inilah aku dan kita
Aku membaca kita membentang perang
Mengarak gelisah ke padang ajal
Tak sehati menujah resah
Segala dilipat ketakutan
Aku membaca kita kehilangan arah
Tak menyadari diri
Seharusnya tak menakar untung dan rugi
Tersebab pawai kepunahan mengepung kita
Aku membaca kita,
kepada jalan Ilahi kita harus kembali
Mengebat Malam
Sunyi itu menyelinap di balik gelap
Menghantarkan dingin ke rumah kita
Pelita di atas meja mulai malap
Simfoni gerimis menyulam jiwa
Kita lantunkan cemas serempak
Agar tak ada kekosongan terbentang
Jangan biarkan duka menanjak
Taburkan harap sebanyak bintang
Menajam mata sepanjang malam
Ada rupa kita dilanda sakit
Melepaskan pandang lubuk kelam
Air mata tembus ke langit
Duhai Subuh yang menyuluh
Detak jantung mengiba cahaya
Menampung rahmat buang keluh
Pada empat penjuru angin ikat doa
Pagi datang jangan sungsang
Ufuk hati mengarus arah
Tombak Illahi harus dipasang
Menujah buntu tak gelisah