Pendidikan dan Perilaku Remaja

Fauzan Masri, S.Pd, Guru Sosiologi SMA Negeri 2 Bunguran Timur Kabupaten Natuna
Oleh : Fauzan Masri, S.Pd
Guru Sosiologi SMA Negeri 2 Bunguran Timur Kabupaten Natuna
RiauKepri,NATUNA – Kenakalan pada anak dapat menyebabkan runtuhnya suatu keluarga, bangsa bahkan dunia. Kenakalan Remaja tidak timbul spontan seperti peluru yang keluar dari pistolnya, namun timbul dari berbagai macam faktor.
Anak yang memiliki perilaku delinquent memang sangat merisaukan bahkan memprihatinkan, namun demikian mereka tidak bisa dibiarkan begitu saja, sebaliknya mereka harus diberi perhatian yang khusus, karena bagaimanapun dia adalah manusia yang sebenarnya dapat dididik untuk menjadi baik.
Kasus kenakalan remaja, setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Salah satu kasus kenakalan remaja yang sangat mengkhawatirkan adalah “kejahatan Jalanan”. Pelaku dari fenomena ini sebagian besar adalah pelajar. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah dan pendidikan memiliki peran yang penting dalam mengatasi permasalahan ini.
Beberapa tahun terakhir, kita sudah tidak asing dengan pemberitaan mengenai kejahatan jalanan dan baru-baru ini, kejahatan jalanan memakan korban lagi.
Di Yogyakarta, aksi kriminalitas ini memakan korban jiwa yakni Dafa Adzin Albasith (18) yang terluka parah di bagian muka akibat sabetan gir motor oleh pelaku.
Sementara di Semarang, tim Resmob berhasil mengamankan tiga orang pemuda dari kelompok yang melakukan penyerangan terhadap dua orang pemuda yang mengendarai sepeda motor.
“Polisi mengamankan 3 orang pemuda dengan inisial AK (17), GAP (17), MHS (17) dengan motif menyabetkan sajam ke arah pengendara sepeda motor,” ujar Kasi Humas Polrestabes Semarang AKP Faisal Lisa dikutip Kompas.com, Rabu (6/4/2022).
Masih sama, pelaku kejahatan jalanan merupakan remaja yang berstatus pelajar.
Dilansir dari keterangan POLRI, dari tahun 2020 sampai 2021 kasus kejahatan jalanan meningkat dan sebagian besar pelakunya merupakan remaja berstatus pelajar.
Peningkatan kasus ini membuat kejahatan jalanan tidak lagi menjadi sebuah kasus namun dapat dikatakan sebagai sebuah fenomena yang terus berulang terjadi.
Lantas apa yang sedang terjadi dengan remaja ini, para pelajar pelaku kejahatan jalanan nekat membunuh karena otak nalar dan empatinya yang ada di neuro korteks rendah, karena kurang terstimulasi dengan baik. Stimulasi neuro korteks akan optimal jika hadir hormon kebahagian DOSE (Dopamin, Oksitosin, Serotonin dan Eritrosin).
Sayangnya hormon kebahagiaan ini kurang dimunculkan di keluarga dan sekolah. Ketika sekolah dan rumah tidak mampu memunculkan DOSE, maka anak-anak kesulitan memiliki nalar berpikir untuk membuat keputusan perbuatan, sehingga mereka gegabah membunuh tanpa kesadaran yang dimiliki manusia.
Akan kah kita akan terus begini dan tidak sadar kalau pendidikan kita berkontribusi menciptakan cara pikir dan perilaku mereka?.
Apa yang dapat dilakukan oleh sekolah sebagai upaya dalam mengatasi kenakalan remaja?, jawabannya adalah membentuk ekosistem sekolah yang positif serta membangun penalaran dan kesadaran diri.
Lingkungan sekolah yang positif dapat membantu anak untuk mengembangkan potensi dan mewujudkan versi terbaik dari dirinya. Selain itu dengan lingkungan sekolah yang positif kebutuhan hormon kebahagiaan DOSE (Dopamin, Oksitosin, Serotonin, dan Eritrosin) akan menstimulasi Neuro korteks dengan optimal, sehingga akan membuat anak menyadari apa yang dilakukan dan keputusan apa yang akan diambil.
Hormon kebahagiaan DOSE berkaitan dengan pemenuhan rasa : Dopamin (Tantangan), Oksitosin (Kasih Sayang), Serotonin (Merasa Bermakna), Eritrosin (kegembiraan).
Ketika hormon ini terpenuhi dari sekolah atupun keluarga, anak tidak lagi membutuhkan pengakuan dengan melakukan hal-hal yang berkaitan dengan kenakalan remaja.