Dosen FIB Unilak Bekejasama IGI Kampar Taja Pelatihan Menulis Puisi Berbasis Lokalitas

Dosen FIB Unilak foto bersama guru peserta pelatihan
RiauKepri.com, KAMPAR – Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning bekerjasama dengan Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Kampar menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Penulisan Puisi Berbasis Lokalitas Bagi Guru Penulis. Kegiatan tersebut dilaksanakan di MTS N 4 Kampar, Ahad (28/5/2023), dengan jumlah peserta 15 orang. Para peserta berasal dari beberapa perwakilan sekolah di Kampar.
Turut hadir pada kegiatan tersebut Ketua IGI Provinsi Riau, Yulismar, guru SMP 45 Pekanbaru dengan segudang prestasi di bidang kepenulisan. Pada kata sambutannya, Yulismar menyebarkan virus menulis kepada para peserta dan juga menyampaikan harapannya agar kegiatan kerjasama di bidang penguatan literasi antara IGI dan Fakultas Ilmu Budaya Unilak dapat berlanjut.
Bambang Irawan, SPd., M.Pd selaku ketua IGI Kabupaten Kampar juga sangat menyambut baik kegiatan kerjasama yang dilakukan. “Rencana-rencana ke depan sudah disusun sebagai kelanjutan dari kegiatan pelatihan ini yaitu terhimpunnya puisi karya para guru peserta pelatihan dalam sebuah buku antologi puisi yang akan dilaunching dan dibedah di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning,” ucap Bambang.
Tim pengabdian dari FIB Unilak yang terdiri dari Alvi Puspita, S.Pd., M.A, Dra. Raja Syamsidar, M.Pd dan TM. Sum, S.S., M.Ikom sengaja memilih tajuk pelatihan puisi dengan tema lokalitas berdasarkan analisis situasi. “Materi puisi merupakan salah satu materi wajib dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Materi tersebut sudah mesti diajarkan sejak bangku SD. Pada jenjang SMP, meteri puisi diajarkan di kelas VIII, sedangkan di jenjang SMA diajarkan pada kelas X,” jelas Alvi selaku ketua prlaksaana prngabdian.
Alvi menyampaikan, persoalan pada tataran empiris berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa teman guru, rupanya materi puisi menjadi salah satu materi yang cukup sulit dalam proses pembelajaran. Beberapa kesulitan yang dialami adalah pertama soal minat siswa yang kurang.
“Puisi tidak menarik bagi para siswa. Alasannya karena bahasa yang digunakan cenderung sulit untuk dipahami. Dan ketika siswa diminta untuk menulis puisi maka puisi mereka cenderung menggunakan bahasa denotasi. Lebih parahnya banyak diantara mereka yang sekedar menjiplak lirik lagu atau puisi dari internet,” ucap Alvi.
Alvi menambahkan, kurangnya minat siswa pada materi puisi ini tentu perlu dicarikan metode untuk mengatasinya. Salah satunya adalah metode teladan. Jika gurunya mahir menulis puisi diharapkan bisa membangkitkan motivasi para siswa untuk mampu menulis pula.
“Lokalitas sengaja dipilih karena menuliskan sesuatu yang dekat dengan diri kita sendiri tentu lebih mudah daripada menuliskan sesuatu yang jauh. Nilai lainnya adalah sebagai upaya untuk lebih mengenali dan memahami budaya sendiri yang kemudian diaktualisasikan ke dalam tulisan kreatif,” ujar Alvi yang juga tercatat sebagai seniman Riau ini. (*)